Kamis, 09 April 2009




RONGGOLAWE RAYA SERIBU KARYA CIPTA


Jika Anda mampir ke kota TUBAN, jangan sampai Anda tidak membeli Batik Gedog, sebab kalau tidak, anda pasti menyesal. Batik Gedog salah satu produk unggulan, yang sudah melanglang ke mancanegara. Sentra industri di Desa Margorejo, Kecamatan Kerek, sekitar 35 kilometer ke arah barat pusat kota, menawarkan satu bentuk wisata tersendiri. Sambil berburu batik gedog, yang tahun 2002 produksinya 14.800 lembar, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tenun khas Tuban yang didominasi motif burung dan bunga yang masih sangat tradisional: mulai pembuatan benang dari kapas, penenunan, hingga pembatikan.
Tuban juga terkenal dengan sebutan "Kota Seribu Goa". Sebagai daerah pesisir, Tuban yang konon merupakan salah satu pintu masuk menuju Kerajaan Majapahit itu juga kaya akan peninggalan zaman lampau yang kini menjadi daerah tujuan wisata. Antara lain terdapat makam Sunan Bonang, Museum Kambang Putih, Klenteng Kwan Sing Bio, yang dipercaya kelenteng tertua di Indonesia, Meskipun mitos ini belum pernah terbukti, tapi banyak orang-orang Tionghoa percaya. Kepiting sebagai simbol pada pintu gerbangnya, menjadi tempat wisata religius. Juga terdapat pemandian alam Bektiharjo dan pemandian air hangat Prataan. Selain itu juga terdapat wisata air terjun “Nglirip” dan pantai Tuban yang penuh memori berpotensi menyedot pengunjung. Goa Akbar yang terletak di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, lebih kurang satu kilometer dari pusat Kota Tuban. Berbeda dengan umumnya goa yang kerap menimbulkan kesan menyeramkan dan dihuni banyak kelelawar, goa yang berada di bawah Pasar Baru, pasar utama Tuban, tersebut dikembangkan sebagai obyek pariwisata yang menawarkan kesejukan, kenyamanan, dan keindahan tersendiri. karena guanya luas, tempat ini lebih tertata sehingga terkesan menarik. Dalam sehari ribuan wisatawan yang sebagian besar wisatawan lokal berkunjung ke tempat ini. Belum ditambah dengan wisata kulinernya, Kota Tuban juga mempunyai makanan dan minuman khas yang sangat menggoda dan dijamin pasti ingin mencicipinya kembali, seperti Rajungan, Pepes belut, Pepes Kodok, Ayam Panggang Bektiharjo, dan untuk minumannya yang sangat menggoda yaitu “Legen”, yang konon bisa meluruhkan sakit batu ginjal. Minuman Legen merupakan minuman khas daerah Tuban terbuat dari air dahan pohon Siwalan yang banyak bertebaran di daerah Tuban dengan tanpa dilakukan fermentasi, rasanya manis khas, segar dan enak, sekali mencicipi pasti dijamin ingin mencicipinya kembali. Tapi sayang, ada beberapa oknum yang sengaja mencampurnya, sehingga rasanya menjadi lain, jadi bagi para wisatawan yang sengaja berkunjung ke kota kami Tuban tercinta, apabila ingin merasakan Minuman Legen asli mesti selektif dan nanya nanya terlebih dahulu kepada masyarakat setempat, dijamin mereka pasti tau dimana bisa mendapatkan Legen asli, dan biasanya membelinya langsung datang kerumah orang yang berjualan. Minuman Legen lebih enak lagi apabila didapatkan pada musim kemarau. Minuman ini sangat cocok sekali apabila dihidangkan dingin-dingin atau diberi es batu. Apabila anda-anda ingin berkunjung ke kota kami atau sekedar ingin melepas lelah dalam perjalanan dan berhenti ke kota kami, jangan lupa untuk rajin bertanya apabila ingin mendapatkan wisata kuliner kota Tuban, dijamin wisata kuliner kota Tuban sangat menyenangkan dan anda akan merasa puas. Apabila anda sudah puas dengan wisata kulinernya, anda juga bisa mendapatkan oleh-oleh produk olahan laut, sebab Tuban mempunyai produk olahan laut yang sangat layak untuk dijadikan oleh-oleh atau dikonsumsi sendiri, seperti Terasi Tuban, Petis Ikan, Petis Udang, Kerupuk Udang, dan ikan Teri. Meskipun mempunyai beberapa produk unggulan, secara umum usaha pertanian Tuban, yang menduduki peringkat pertama penyumbang kegiatan ekonomi Tuban tahun 2002 dengan nilai Rp 124,8 miliar, masih bersandar pada produksi tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Kacang tanah dari Tuban juga sudah terkenal dari dulu, bahkan di kota besar seperti Jakarta kacang dari Tuban mempunyai harga paling tinggi di banding dengan kacang dari daerah lain atau bahkan kacang impor, sebab Kacang tanah Tuban bentuknya tidak terlalu besar namun gurih dan manis rasanya walaupun sudah diolah sekalipun, warna kacang tanah Tuban tetap menarik. Kekayaan hasil laut dari wilayah yang populasi sapi potongnya termasuk empat besar di Jatim itu juga terbilang menggembirakan. Selain tanaman pangan, ekspor berbagai komoditas kelautan cukup berarti nilainya, seperti udang sekitar Rp 5,4 miliar dan teri senilai Rp 46,2 miliar. Tak ayal, ekspor hasil laut ke Singapura, Jepang, Korea, dan Cina menjadi pemasok yang cukup besar bagi sektor pertanian. Oleh karena itu, meski mempunyai cukup banyak potensi industri olahan, seperti legen dan makanan olahan lain dari Kecamatan Tuban dan Semanding atau gerabah hias di Kecamatan Semanding dan Parengan, kebanyakan hasil industri kecil dan menengah Tuban masih berbicara di tingkat lokal. distribusinya pun hanya menjangkau empat pasar tradisional dan satu pasar hewan. Sesuai pergeseran peruntukan Tuban dari daerah agraris menjadi daerah industri yang strategis, Pemda Kabupaten Tuban menata wilayah-wilayah industri dengan wilayah pertanian sebagai penyeimbang. Lima kecamatan yang diperuntukkan bagi kawasan industri, yaitu Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, akan ditopang 14 kecamatan lainnya sebagai kawasan hijau. Dilihat dari segi Obyek wisata dan Geografis, kota Tuban sangat berpotensi menyedot wisatawan, sebab Tuban berada pada jalur Pantura yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke Kota Tuban. Hasil Olahan Laut sampai Minyak Bumi DILIHAT dari karakteristik geografis dan potensi alamnya, Kabupaten Tuban tidaklah jauh berbeda dengan daerah lainnya yang berada di pesisir pantai utara Jawa Timur, seperti Kabupaten Gresik dan Lamongan. Selain memiliki daerah pantai yang cukup panjang, yakni sekitar 65 kilometer, wilayah Tuban juga terdiri dari gunung-gunung kapur dan hutan jati yang saat ini sudah mulai habis. Dengan kondisi alam yang demikian, maka tak heran potensi daerah Tuban menjadi cukup luas, mulai dari laut sampai daratan. Salah satu hasil kekayaan laut Kabupaten Tuban yang sudah dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor adalah potensi ikan teri nasi. Pengolahan ikan teri yang terdapat di daerah pantai, seperti di Kecamatan Palang, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, hasilnya sudah diekspor ke Jepang. Tidak main-main, kapasitas produksinya mencapai 130 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 3,4 miliar per tahun. Tak berbeda dengan kekayaan alam lautnya, potensi perut bumi Tuban juga cukup besar. Salah satu di antaranya adalah minyak bumi. Di wilayah Tuban saat ini sedikitnya terdapat sekitar enam daerah yang memiliki cadangan minyak dan gas (migas) yang akan dan sedang dieksploitasi. Beberapa daerah itu di antaranya di Kecamatan Singgahan dengan 20 sumur yang sebagian sumurnya telah dieksploitasi, yaitu Bangilan, Bukar, Parengan, Jenu, Mudi, dan Rengel. Selain Mobil Oil, perusahaan eksplorasi dan eksploitasi migas yang sudah cukup lama beroperasi di Tuban, yaitu Devon Oil dan JOB Pertamina, serta perusahaan migas dari Cina, Petrochina. Eksplorasi dan eksploitasi migas di Tuban tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga di lepas pantainya. Pertamina memprediksikan terminal transit bahan bakar minyak di Tuban akan beroperasi tahun 2009. Terminal transit ini dimaksudkan untuk menjamin pasokan bahan bakar minyak ke wilayah Jawa Timur dengan pemasangan pipa aliran bahan bakar minyak dari Tuban ke Surabaya yang panjangnya mencapai 140 kilometer. Lokasi terminal transit di Tuban seluas 40 hektar adalah dengan tangki timbun berkapasitas 450.000 kiloliter karena kondisi daerah Tuban dinilai lebih sesuai dan tidak terlalu jauh dari Surabaya. Besarnya potensi alam yang dimiliki Kabupaten Tuban memang telah mengundang sejumlah industri untuk berinvestasi di Tuban. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban tampaknya sadar benar akan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari Rencana Tata Ruang Kawasan Industri (RTRKI) yang disusun. Pemkab Tuban akan menyediakan zona industri seluas 49.210 hektar atau 26,74 persen dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tuban. Menurut informasi yang diperoleh dari Pemkab Tuban, luas areal yang sudah termanfaatkan untuk industri sekitar 29.223 hektar sehingga masih ada sekitar 20.097 hektar lahan yang belum digunakan.

Siapa Ronggolawe???

Ranggalawe (lahir: ? - wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.Peran AwalKidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan". Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.Selain itu, Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri.Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.Jabatan di MajapahitSetelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara

BRANDAL LOKAJAYA
Sunan Kalijaga itu aslinya bernama Raden Said. Putra Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta. Tumenggung Wilatikta seringkali disebut Raden Sahur, walau dia termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu tapi Raden Sahur sendiri sudah masuk agama Islam.Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat Kadipaten Tuban di saat menarik pajak pada penduduk atau rakyat jelata.Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakain sengsara, karena mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka. Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak.Walau Raden Said putra seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan yang bebas, yang tidak terikat oleh adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk-beluk kehidupan rakyat Tuban.Niat untuk mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya. Tapi agaknya ayahnya tak bisa berbuat banyak. Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya sebagai adipati bawahan Majapahit. Tapi niat itu tak pernah padam. Jika malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur'an maka sekarang dia keluar rumah.Di saat penjaga gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit. Bahan makan itu dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.Tentu saja rakyat yang tak tahu apa-apa itu menjadi kaget bercampur girang menerima rejeki yang tak diduga-duga. Walau mereka tak pernah tahu siapa gerangan yang memberikan rejaki itu sebabnya Raden Said melakukannya di malam hari secara sembunyi-sembunyi.Bukan hanya rakyat yang terkejut atas rezeki yang seakan turun dari langit itu. Penjaga gudang Kadipaten juga merasa kaget, hatinya kebat-kebit, soalnya makin hari barang-barang yang hendak disetorkan ke pusat kerajaan Majapahit itu makin berkurang.Ia ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu. Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah, tak jauh dari gudang Kadipaten.Dugaannya benar, ada seseorang membuka pintu gudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan, pencuri itu. Dia hampir tak percaya, pencuri itu adalah Raden Said, putra junjungannya sendiri.Untuk melaporkannya sendiri kepada Adipati Wilatikta ia tak berani. Khawatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang saksi dari sang Adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi rakyat yang tersimpan di gudang.Raden Said tak pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya akan ketahuan. Ketika ia hendak keluar dari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit Kadipaten menangkapnya beserta barang bukti yang dibawanya. Raden Said dibawa kehadapan ayahnya. Adipati Wilatikta marah melihat perbuatan anaknya itu. Raden said tidak menjawab untuk apakah dia mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit itu. Tapi untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru pertama kali dilakukannya maka dia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar rumah. Jerakah Raden Said atas hukuman yang sudah diterimanya? Sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan istana. Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya. Apa yang harus dilakukan Raden Said selanjutnya?Dia mengenakan topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di Kabupaten Tuban. Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat Kadipaten yang curang.Harta hasil rampokan itupun diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya. Tapi ketika perbuatannya ini mencapai titik jenuh ada saja orang yang bermaksud mencelakakannya.Ada seorang pemimpin perampok sejati yang mengetahui aksi Raden Said menjarah harta pejabat kaya, kemudian pemimpin rampok itu mengenakan pakaian serupa dengan pakaian Raden Said, bahkan juga mengenakan topeng seperti topeng Raden Said juga.Pada suatu malam, Raden Said yang baru saja menyelesaikan shalat Isya’ mendengar jerit tangis para penduduk desa yang kampungnya sedang dijarah perampok. Dia segera mendatangi tempat kejadian itu. Begitu mengetahui kedatangan Raden Said kawanan perampok itu segera berhamburan melarikan diri. Tinggal pemimpin mereka yang sedang asyik memperkosa seorang gadis cantik.Raden Said mendobrak pintu rumah si gadis yang sedang diperkosa. Didalam sebuah kamar dia melihat seseorang berpakaian seperti dirinya, juga mengenakan topeng serupa sedang berusaha mengenakan pakaiannya kembali. Rupanya dia sudah selesai memperkosa gadis itu.Raden Said berusaha menangkap perampok itu. Namun pemimpin rampok itu berhasil melarikan diri. Mendadak terdengar suara kentongan bertalu-talu, penduduk dari kampung lain berdatangan ke tempat itu. Pada saat itulah si gadis yang baru diperkosa perampok tadi menghamburkan diri dan memegang erat-erat tangan Raden Said. Raden Said pun jadi panik dan kebingungan. Para pemuda dari kampung lain menerobos masuk dengan senjata terhunus. Raden Said ditangkap dan dibawa ke rumah kepala desa.Kepala desa yang merasa penasaran mencoba membuka topeng di wajah Raden Said. Begitu mengetahui siapa orang dibalik topeng itu sang kepala desa jadi terbungkam.Sama sekali tak disangkanya bahwa perampok itu adalah putra junjungannya sendiri yaitu Raden Said. Gegerlah masyarakat pada saat itu. Raden Said dianggap perampok dan pemerkosa. Si gadis yang diperkosa adalah bukti kuat dan saksi hidup atas kejadian itu.Sang kepala desa masih berusaha menutup aib junjungannya. Diam-diam ia membawa Raden Said ke istana Kadipaten Tuban tanpa diketahui orang banyak.Tentu saja sang Adipati menjadi murka. Raden Said yang selama ini selalu merasa sayang dan selalu membela anaknya kali ini juga naik pitam. Raden Said diusir dari wilayah Kadipaten Tuban.“Pergi dari Kadipaten Tuban ini! Kau telah mencoreng nama baik keluargamu sendiri! Pergi! Jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding-dinding istana Kadipaten Tuban ini dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang sering kau baca di malam hari!”.Sang Adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang diharapkan dapat mengggantikan kedudukannya selaku Adipati Tuban ternyata telah menutup kemungkinan kearah itu. Sirna sudah segala harapan sang Adipati. Hanya ada satu orang yang tak dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden Said itu berjiwa bersih luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan, tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana Kadipaten Tuban untuk mencari Raden Said untuk diajak pulang.Kemanakah Raden Said sesudah diusir dari Kadipaten Tuban? Ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti. Pada akhirnya dia menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun dia menjadi perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman? Karena hasil rampokan itu tak pernah dimakannya. Seperti dulu, selalu diberikan kepada fakir miskin.Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya yang kikir, tidak menyantuni rakyat jelata, dan tidak mau membayar zakat.Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya sebagai Brandal Lokajaya.Pada suatu hari, ada seorang berjubah putih lewat di hutan Jatiwangi. Dari jauh Brandal Lokajaya sudah mengincarnya. Orang itu membawa sebatang tongkat yang gagangnya berkilauan.Terus diawasinya orang tua berjubah putih itu. Setelah dekat dia hadang langkahnya. Tanpa banyak bicara lagi direbutnya tongkat itu dari tangan lelaki berjubah putih. Karena tongkat itu dicabut dengan paksa maka orang berjubah putih itu jatuh tersungkur.Dengan susah payah orang itu bangun, sepasang matanya mengeluarkan air walau tak ada suara tangis dari mulutnya. Raden Said pada saat itu sedang mengamat-amati gagang tongkat yang dipegangnya. Ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas hanya gagangnya saja terbuat dari kuningan sehingga berkilauan tertimpa cahaya matahari, seperti emas. Raden Said heran melihat orang itu menangis. Segera diulurkannya kembali tongkat itu, “Jangan menangis, ini tongkatmu kukembalikan”.“Bukan tongkat ini yang kutangisi”, ujar lelaki itu sembari memperlihatkan beberapa batang rumput ditelapak tangannya. “Lihatlah! Aku telah berbuat dosa, berbuat kesia-siaan. Rumput ini tercabut ketika aku jatuh tersungkur tadi”. “Hanya beberapa lembar rumput. Kau merasa berdosa?” tanya Raden Said heran.“Ya, memang berdosa! Karena kau mencabutnya tanpa suatu keperluan. Andaikata kucabut guna makanan ternak itu tidak mengapa. Tapi untuk suatu kesia-siaan benar-benar suatu dosa!” jawab lelaki itu.Hati Raden Said agak tergetar atas jawaban yang mengandung nilai iman itu.“Anak muda sesungguhnya apa yang kau cari di hutan ini?”“Saya menginginkan harta”“Untuk apa?”“Saya berikan kepada fakir miskin dan penduduk yang menderita”. “Hem, sungguh mulia hatimu, Sayang......caramu mendapatkan-nya yang keliru”.“Orang tua......apa maksudmu?”.“Boleh aku bertanya anak muda”, desah orang tua itu, “Jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?”. “Sungguh perbuatan bodoh,” sahut Raden Said. “Hanya menambah kotor dan bau pakaian itu saja”.Lelaki itu tersenyum, “Demikian pula amal yang kau lakukan. Kau bersedekah dengan barang yang di dapat secara haram, merampok atau mencuri, itu sama halnya mencuci pakaian dengan air kencing”.Raden Said tercekat. Lelaki itu melanjutkan ucapannya, “Allah itu adalah Zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal”.Raden Said makin tercengan mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuh hatinya. Betapa keliru perbuatannya selama ini. Dipandangnya sekali lagi wajah lelaki berjubah putih itu. Agung dan terasa berwibawa, namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Dia mulai suka dan tertarik pada lelaki berjubah putih itu.“Banyak hal yang terkait dalam usaha mengentas kemiskinan dan penderitaan rakyat pada saat ini. Kau tidak bisa merubahnya hanya dengan memberi bantuan makan dan uang kepada para penduduk miskin. Kau harus memperingatkan para penguasa yang zalim agar mau merubah caranya memerintah yang sewenang-wenang, kau juga harus dapat membimbing rakyat agar dapat meningkatkan taraf kehidupannya!”.Raden Said semakin terpana, ucapan seperti itulah yang didambakannya selama ini. “Kalau kau tak mau kerja keras, dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah maka ambillah itu. Itu barang halal. Ambillah sesukamu!”.Berkata demikian lelaki itu menunjuk pada sebatang pohon aren. Seketika pohon itu berubah menjadi emas seluruhnya. Sepasang mata Raden Said terbelalak. Dia adalah seorang pemuda sakti, banyak ragam pengalaman yang telah dikecapnya. Berbagai ilmu yang aneh-aneh telah dipelajarinya. Dia mengira orang itu mempergunakan ilmu sihir, kalau benar orang itu mengeluarkan ilmu sihir ia pasti dapat mengatasinya.Tapi, setelah ia mengerahkan ilmunya, pohon aren itu tetap berubah menjadi emas. Berarti orang itu tidak mempergunakan sihir. Ia benar-benar merasa heran dan penasaran, ilmu apakah yang telah dipergunakan orang itu sehingga mampu merubah pohon aren berubah menjadi emas?Selama beberapa saat Raden Said terpukau ditempatnya berdiri. Dia mencoba memanjat pohon aren itu. Benar-benar berubah menjadi emas seluruhnya. Ia ingin mengambil buah aren yang telah berubah menjadi emas berkilauan itu. Mendadak buah aren itu rontok, berjatuhan mengenai kepala Raden Said. Pemuda itu terjerembab ketanah. Roboh dan pingsan.Ketika ia sadar, buah aren yang rontok itu telah berubah lagi menjadi hijau seperti aren-aren yang lainnya. Raden Said bangkit berdiri, mencari orang berjubah putih tadi. Tapi yang dicarinya sudah tak ada di tempat.Ucapan orang tua itu masih terngiang ditelinganya. Tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing. Tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang itu dari kejauhan.Sepertinya santai saja orang itu melangkahkan kakinya, tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun, terseok-seok dan berlari lagi, demikianlah, setelah tenaganya terkuras habis dia baru sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.Lelaki berjubah putih itu berhenti, bukan karena kehadiran Raden Said melainkan di depannya terbentang sungai yang cukup lebar. Tak ada jembatan, dan sungai itu tampaknya dalam, dengan apa dia harus menyeberang.“Tunggu........” ucap Raden Said ketika melihat orang tua itu hendak melangkahkan kakinya lagi.“Sudilah Tuan menerima saya sebagai murid......?” pintanya“Menjadi muridku?” tanya orang itu sembari menoleh. “Mau belajar apa?”“Apa saja, asal Tuan menerima saya sebagai murid...” “Berat, berat sekali anak muda, bersediakah kau menerima syarat-t-syaratnya?”“Saya bersedia....”Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya di tepi sungai. Raden Said diperintahkan menungguinya. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum lelaki itu kembali menemuinya.Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu. Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air. Ia semakin yakin bahwa calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.Setelah lelaki itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda itu duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di dalam Al-Qur'an yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdo'a kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di goa Kahfi ratusan tahun silam.Do'anya dikabulkan. Raden Said tertidur dalam samadinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah merambati sekujur tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan adzan, pemuda itu membuka sepasang matanya.Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian dibawa ke Tuban. Mengapa ke Tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang. Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya, yaitu tingkat para waliullah. Di kemudian hari Raden Said terkenal sebagai Sunan Kalijaga


SEJARAH KOTA TUBAN

Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km.
Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TUBAN yang berarti WATU TIBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti METU BANYU berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata ‘Tubo’ atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.
Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.
Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah. Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

Jumat, 03 April 2009

PERSATU DI TELAN ZAMAN


GLOBALISASI............................

Inilah zaman sekarang,semuanya serba tersedia dimanapun,kapanpun dan siapapun...dan manusia harus pintar-pintar mengatur dan menjaga keseimbangan dalam hidup.

Begitupun juga dengan sepakbola,disaat sepakbola menjadi primadona dunia dalam bidang olahraga karena sepakbola merupakan olahraga yang sangat populer di jagar raya ini.

Tak lain halnya dengan Indonesia,Persepakbolaan indonesia kini dalam situasi yang lumayan mengundang decak kagum para pecinta bola nusantara karena setiap tim menunjukkan kualitas dan kuantitas permainan masing-masing...Di Indonesia ada beberapa DIVISI yang menunjukkan level masing-masing tim.Disana ada DIVISI II,DIVISI I,DIVISI UTAMA dan yang paling bergengsi sekaligus kasta tertinggi sepakbola nasional adalah DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE yang terdiri dari 18 tim terbaik yang berhasil lolos dari DIVISI UTAMA kemudian dapat bermain di level tertinggi...dan antusiasme warga pun sangat besar untuk menyaksikan kemajuan sepakbola nasional.

Tapi semua itu berbeda dengan PERSATU TUBAN,,,

PERSATU terkesan selalu meremehkan segala sesuatu,ketika tim-tim lain selalu mempersiapkan diri untuk bisa berada dalam kancah sepakbola nasional tapi PERSATU santai-santai...ADA APA DENGAN PERSATU???

Tuban yang dijuluki kota tuak ini sebenarnya memiliki potensi yang baik dalam bidang ini,tetapi cara pengolahan dan pengorbitan pemain yang memiliki kualitas untuk tampil di daratan indonesia sangat sulit.

Kini LASKAR RONGGOLAWE berada dalam kompetisi DIVISI III Regional Jawa Timur itupun masih terkatung-katung.

Tentu saja semua lapisan masyarakat di Tuban sudah menantikan putra daerah dapat mengharumkan nama Tuban di Nusantara dalam perhelatan Si Kulit Bundar.RONGGOMANIA yang selalu memberikan support kepada tim kebanggaan kota tuak tersebut.

Menurut opini masyarakat,PERSATU cenderung melakukan pembinaan dalam jangka pendek...mereka melakukan sebuah pembinaan jika kompetisi yang akan dihadapai sudah dekat dan setelah kompetisi berakhir seketika pemain langsung bubar...dalam proses seleksi pun begitu,para pengurus hanya berpatokan pada umur dan tanpa memperdulikan kualitas pemain...BAGAIMANA BISA BERKEMBANG???

Harapan seluruh simpatisan PERSATU berada di pundak Pengurus yang selama ini selalu menaungi PERSATU dalam setiap hal...

PERSATU...KUTUNGGU PRESTASIMU...

YAKINLAH PERSATU PASTI BANGKIT...!!!

Kamis, 02 April 2009

DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE



DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE













Ketika Sepakbola Nasional Sedang Dalam Performa yang Bisa Dikatakan "ON FIRE",Dimana Dalam Kasta Sepakbola Nasional Tertinggi DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE Berjalan Sebuah Kompetisi yang Mengundang Decak Kagum Bagi Penggila Bola di Nasional...


Di DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE ada 18 Tim yang Bersaing "sampai titik darah penghabisan" Untuk Menunjukkan Kualitas dan Kuantitas Daerah Dalam Dunia SI KULIT BUNDAR,18 Tim tersebut Datang dari Seluruh Pelosok Nusantara dan Mereka Semuanya adalah Tim Terbaik dari Negeri ini...
Setiap Tim Tersebut Mempunyai Kelompok Supporter yang Fanatismenya tak Perlu diragukan Lagi karena Loyalitas Mereka Terhadap Tim Kesayangannya sangat Tinggi.
Disitu ada.................................................

1.PERSIPURA JAYAPURA

(PERSIPURA MANIA)


2.SRIWIJAYA PALEMPANG

(SINGA MANIA)


3.PERSIWA WAMENA

(PERSIWA MANIA)


4.PERSIJA JAKARTA

(THE JACK MANIA)


5.PERSIJAP JEPARA

(BANASPATI)


6.PERSIK KEDIRI

(PERSIK MANIA)


7.PERSELA LAMONGAN

(LA MANIA)


8.AREMA MALANG

(AREMANIA)


9.DELTRAS SIDOARJO

(DELTA MANIA)


10.PERSITA TANGERANG

(LA VIOLA)


11.PELITA JAYA PURWAKARTA

(PELITA MANIA)


12.PSMS MEDAN

(KAMPAK FC)


13.PSM MAKASSAR

(SMeCK)


14.PSIS SEMARANG

(SNEX)


15.PERSITARA JAKARTA UTARA

(NJ MANIA)


16.PKT BONTANG

(BONTANG MANIA)

17.PERSIBA BALIKPAPAN

(PERSIBA MANIA)


18.PERSIB BANDUNG

(VIKING)


Jika Tim tersebut ada yang Berada di Zona Degradasi,Maka Tim tersebut Harus Turun ke DIVISI UTAMA (Kompetisi dibawah DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE.

PT.DJARUM adalah Sponsor Utama Pagelaran Sepakbola Tertinggi Nasional,,,Sedang setiap Peserta DJARUM INDONESIA SUPER LEAGUE Dilarang Keras Menggunakan ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Untuk Pembiayaan Kompetisi agar Keuangan Daerah "tidak terganggu" dan Keuangan Daerah Tetap Stabil.

BADAN LIGA INDONESIA Mengeluarkan Peraturan,Bahwa setiap Tim Hanya diberi Kuota Lima Pemain Asing dalam Satu Tim.Hal itu dilakukan agar Pemain Lokal dapat Berkembang serta Bisa diandalkan di Masa yang Akan Datang.